Jumat, 27 Februari 2009

FIRST VS LAST LOVE in EUROPE

CHAPTER 2



Turnamen bola basket kali ini kebetulan berbarengan dengan acara lomba tari tingkat Propinsi.

Ya siapa lagi yang jadi andalan sekolah selain Salwa dan Collin, kali ini masing-masing merasa gelisah. Salwa akan berada di puncak Bumi Aji yang dingin sepanjang minggu, sementara Collin akan berada di lembah, lapangan basket yang panas sepanjang musim turnamen.

Keduanya sama-sama merasa khawatir, namanya juga monyet-monyetan, artinya akan dengan sangat mudahnya hati melompat dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Disinilah kesempatan dan peluang terbuka lebar, pertukaran pelajar dari sekolah satu ke sekolah lain. Collin khawatir wajah dan perangai Salwa yang demikian menawan akan sangat mudahnya menarik perhatian cowok-cowok ganteng di sekitarnya, pun sebaliknya dengan Salwa.

Tapi sekali lagi keduanya memilih diam, dan berangkat dengan kepala tertunduk dan pipi bersemu-semu merah..
“Semoga berhasil ya..” sepenggal kalimat yang diucapkan berbarengan.

Ah anak-anak, lucu dan menggemaskan sekali sikap mereka. Hal ini yang terpikir di benak para guru pendamping.
***

Bersama Salwa berangkat juga Wiwi dan Ratna. Ketiganya diberangkatkan dan dilatih di sebuah mass bersama beberapa siswi sekolah lain yang tak kalah cantik dan berprestasinya.

Semakin hari latihan ini semakin mudah bagi Salwa, semua gerakan di hapalnya di luar kepala. Bahkan dalam setiap gerakannya, Salwa larut dalam denting dan pukulan gending yang mengiringinya. Tanpa disadari banyak mata terarah padanya, antara kagum, iri, sebal semua membaur jadi satu dalam tiap butiran tetes keringat di dalam studio tari itu.

Baru setengah jalan, guru tari meminta Salwa berhenti..
“Kamu, mulai hari ini gantikan saya di depan. Jadi sekaligus beri contoh bagi yang lain dan Bapak akan mengoreksi gerakan tari yang masih banyak salahnya”

Tanpa disadari statement satu ini membuat hati para cewek manis di belakang punggung Salwa panas dan merasa kalah. Ya ini memang kompetisi, tapi Salwa memang menetapkan batasan yang cukup tinggi untuk mereka lampaui.

***
Collin bagaimana? Hmm..tak jauh beda dengan Salwa. Setiap pukulan Collin membuahkan sorak sorai pemandu sorak dan penonton yang didominasi cewek-cewek baik dari sekolah Collin maupun dari sekolah lain.


TO BE CONTINUE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar