Senin, 20 April 2009

GINJAL ITU




Sebut aku Widi, aku memang bukan seorang gadis yang istimewa. Seorang waiters di restoran sushi milik keluarga Shinosuke. Seorang warga negara asing yang tinggal di negeri orang, berharap menggenggam kesuksesan bila waktunya pulang.

Umurku sudah berada di ambang kepala 3. Ingin rasanya aku segera menikah dan menimang putra. Kembali ke kampung halaman dan pergi ke posyandu bersama Siti, Maria, Mimin mereka semua sahabatku. Keinginan yang sederhana bukan? jika mengingat kenyataan bahwa sekarang aku terdampar di negeri raksasa ini. Negara dikdaya yang melek teknologi, negeri yang indah ketika bunga sakura bermekaran menyemarakkan image yang selama ini mereka bangun.

“Iya Pak, jam istirahat nanti. Seperti biasa, OK”

Telepon dari Bosku, Tuan Shinosuke. Sangat baik, beliau selalu mengecek keadaanku dan yang pasti pelanggan dan restorannya.

“Bye, Satsuke!”
Penuh semangat kulambaikan tanganku. Shift kerjaku telah berakhir untuk hari ini, seperti biasanya aku akan ke penjara, PENJARA?! Ya tentu saja mengunjungi satu-satunya orang di negara ini yang membuatku bertahan.

-----------------
Waow, aku tak menyangka hari ini aku lewati dengan amat sangat bahagia. Hari berlalu begitu cepat. Tentu saja karena aku melewati hari bersamanya…

Dia begitu indah dengan caranya, dia begitu perhatian dan penuh kasih sayang, dia memiliki penglihatan yang tajam lewat mata kanannya, dan yang terpenting dia peduli padaku, meski banyak orang bilang dia jahat, dia pembunuh, dia anggota mafia..ya aku sudah tau dan….SO WHAT, I LOVE HIM!!

Dia buta sebelah, tapi aku lebih buta karena menyayanginya. Dia tahanan dan masih sempat membuatku bahagia diantara nafas kebebasan yang keluar-masuk dari sela jeruji besi – kamarnya.
----------------
Hari ini sungguh indah, langit bersinar cerah dan bunga sakura mulai bermekaran.. Bahkan Pak Wanabe yang biasanya murung pun turut tersenyum bahagia. Dia berada satu sel dengan pacarku. Dihukum karena tertangkap tangan membeli organ tubuh manusia di Indonesia. Tapi kabarnya sih dia kaya raya mesti pesakitan. Hah nasib, tak pernah ada kehidupan yang benar-benar sempurna jika tak dilihat dimana PLUS nya. Suasana yang menyenangkan, sampai kudapati surat ini..

Surat yang dititipkan pada sipir penjara, Surat yang ditulis di selembar kertas kumal yang dipenuhi titikan air mataku, surat yang menuntunku pada masa depan yang gemilang bagi orang-orang disekitarku dan menenggelamkanku pada sumur penuh lumpur yang siap merenggut nyawaku, anytime

“Widi, maafkan aku. Temui Pak Wanabe setelah kepergianku. GBU dan berjanjilah kau akan bahagia sayang. I’ll always love u, terima kasih.
--------------
Headline di harian mampu menjelaskan semuanya, seketika panas membakar mataku..

“KISAH MANIS DI BALIK TRAGISNYA BUI”
Mafia bermata satu, mendonorkan ginjalnya gratis kepada seorang milyarder. Sesaat sebelum hukuman mati!

--------------

Itu kekasihku, itu malaikatku. Ginjal gratis itu memberiku jaminan masa depan bersama keluarga Wanabe. Jaminan akan kepergiannya. Jaminan yang terasa hampa. Ya itu alasannya, dia akan pergi selamanya dia tahu itu, aku harusnya tahu mesti dia membohongiku, tapi dia menjamin hidupku. Menjamin? Kalimat apa itu?!

2 komentar: