Rabu, 08 April 2009

DONGENG SERI KELUARGA KUTU TANABE

DONGENG 1

Naugi Tanabe, penjaga imut pemilik Indra Keenam
By. Icha Affandy




Hutan belantara yang penuh semak belukar itulah tempatku tinggal bersama keluarga Tanabe dan koloniku yang lain. Hutan gelap penuh folikel dan tumpukan helai-helai hitam panjang lengkap dengan alur jalan yang simpang siur dan pitak di beberapa tempat, sering membuatku bergidik ketakutan keluar sendiri di malam yang dingin.

Seingatku aku baru berumur 3 minggu ketika aku tersesat di antara sesemakan lebat yang menggimbal. Tidak seperti halnya manusia biasa yang berumur panjang dan membutuhkan waktu beberapa tahun untuk benar-benar bertumbuh, semua bilang umurku tidak akan panjang dan sangat cepat bertumbuh.

Naugi Tanabe, ah bukan berasal dari Jepang, aku juga tak tahu sekarang sedang berada di negara mana, semua koloniku hobi berpindah-pindah. Tubuh kami yang imut, jago lari dan meloncat membuat hidup jadi lebih mudah.

Segalanya membahagiakan, aku mempunyai banyak teman, beberapa saudara dan orangtua yang menyayangiku, kecuali satu hal. Makan siang dikoloniku berjalan agak aneh, waktu aku mulai bisa makan aku baru sadar bahwa semuanya berjalan teratur di sekitarku. Makan siang ditentukan oleh tetua koloni, Sauri. Biasanya Sauri yang menentukan kami akan makan dimana, setelah itu beberapa penjaga akan mulai berlari menyebar di seluruh wilayah tempat tinggal kami untuk menyesatkan jejak.

Ah, aku benar-benar tak mau tau dan tak peduli pada awalnya, yang penting kenyang. Sampai hari ini, ketika aku berulang tahun ke 1 bulan.

“Ah lepaskan aku!” teriakku kasar berusaha melepaskan pegangan tangan mamaku yang mulai terasa sakit. Tanpa memedulikan tangan gemetar mamaku yang marah sekaligus merasa bersalah.

Mamaku justru menjawab pertanyaan orang lain.
“Tidak”
Jawaban mamaku tegas atas permintaan Sauri, pembesar koloni kami yang paling disegani.

“Ayolah Quil, anakmu berbeda kau tahu itu, dan jangan sia-siakan kesempatan ini”
Final, tentu saja Sauri akan menang. Semua tahu Sauri yang menentukan. Dan keputusannya adalah aku harus sekolah. Sekolah aneh yang terdiri dari murid-murid aneh dan pelatih yang aneh. Tiap hari kami diajari cara menghindari musuh, mencari lokasi makan yang aman, melatih indra keenam, berlari dan banyak lagi.

“Hup…huop..ouch”

Waow.. sesuatu yang seperti jari super duper besar itu sering muncul tiba-tiba dan mengganggu lari pagiku. Hari ini aku terburu-buru harus segera ke sekolah diiringi teriakan dari mama

“Hati-hati Tanabe, ingat berjalanlah diatas helaian, jangan nakal ya Nak”

Ah Mama, aku sudah dewasa untuk memutuskan mana yang terbaik untukku. Toh selama ini juga selalu begitu, aku akan sekolah dan kembali ketika makan siang tiba.

Lama-lama sekolah menarik juga. Dan satu yang paling aku kuasai, ya aku bisa membaca pikiran. Segala hal yang memiliki pikiran, semuanya. Tadinya aku tak sadar itu pikiran, aku pikir itu hanyalah suara teman-temanku dan keramaian disekelilingku.

Sepanjang hari, sepanjang waktu aku mendengarkan suara-suara aneh seperti radio. Hanya ketika fokus pada satu hal, tiba-tiba aku tau aku sedang membaca pikiran mamaku, guruku bahkan ‘tempat tinggalku’

Oh, seiring waktu sekarang aku baru sadar, ayahku Tanabe, mamaku Quil bahkan Sauri si penguasa serta seluruh koloni kami adalah..KUTU RAMBUT!
Kami tinggal di kepala Susan yang tiap hari kubaca pikirannya….




“Argghh…” Sejak saat itu aku tau harus mulai mencari makanan lain yang lebih sehat, mungkin menjadi kutu vegetarian.

Meski Mamaku selalu bilang ini bahaya, tapi aku bangga karenanya. Berlari cepat menghindari garukan tangan Susan, dan berkelebat meluncur dari helaian rambut panjang hitam yang sebetulnya indah jika Susan rajin merawatnya. Dan yang paling penting berjuang keras untuk membaca pikiran Susan, lebih tepatnya membaca gerakan tangan yang mungkin bisa melukaiku maupun koloniku. Karena aku Naugi Tanabe, si penjaga bangsa kutu rambut. Bertugas mengamankan warga dari bahaya, mirip seperti polisi bagi bangsa manusia….waow hebat kan. NAUGI TANABE penjaga kecil bagi warga kutu rambut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar