Selasa, 24 Maret 2009

Cerpen Anak

Affandy Si Pelari Budek
By: Icha Affandy





Jalanan berdebu, bisingnya lalu lalang kendaraan dan decitan rem yang berbaur dengan tiupan peluit polsi lalu-lintas, sering mengingatkan Affa akan mimpi buruknya 3 tahun silam.

Tabrakan itu terjadi bukan karena salahnya, terkadang Affa juga meyakini itu bukan salah pengendara mobil sedan yang menabrak sekaligus menolongnya. Itu semua kehendak Allah YME.

“Affa, Affa..AFFA?!”
Panggilan Mama yang ketiga kali berhasil mengundang anggukan kepala Affa. Mama mengingatkan Affa tentang sesuatu dan Affa memahaminya.

Affa sudah sampai di depan gerbang sekolah sekarang. Setelah mencium tangan orangtuanya, Affa bergegas masuk ke dalam kelas, seraya menyelipkan earphone mungil ke dalam telinganya.

Hari ini pelajaran olahraga, tapi Pak Rohandi tak mengijinkan semua siswanya keluar kelas. Rencananya hari ini Pak Rohandi akan mengisi kelas olahraga dengan teori dan informasi penting.

“Dua hari lagi sekolah kita akan mengirimkan wakil untuk turnamen lari antar SD, setiap sekolah berhak mengirimkan 10 orang siswanya. Nah, kebetulan kebanyakan siswa yang ingin Bapak ajukan berada di kelas ini. Selepas pulang sekolah, Bapak akan pasang infonya di mading, bagi yang keberatan segera sampaikan kepada Bapak paling lambat besok. Ada pertanyaan?”

Begitulah kelas diakhiri, semua murid bersemangat untuk melihat siapa saja yang beruntung didaulat menjadi wakil sekolah. Wah, ada Bams, Pasha, Ariel, Piyo semuanya para pelari hebat. Affa cengar-cengir saja melihat namanya tak tercantum disana. Padahal hatinya sakit, 3 tahun lalu Affa selalu menjadi pelari hebat di mata semua orang. Sampai tabrakan kecil itu membuatnya harus beristirahat selama hampir 3 bulan penuh, mengistirahatkan kaki lincahnya selama 5 bulan berikutnya dan membuat lari olahraga kegemarannya menjadi terlarang.

Esok hari, Affa seperti kehilangan semangat sekolah, membayangkan beberapa temannya berlaga sementara Affa duduk tak berguna didalam keals. Sampai dibacanya pengumuman yang ribut dibicarakan hampir semua orang..

“Wah, bagaimana ini. Sayang sekali Affa sudah tidak bisa diandalkan lagi..eh Af..Affa..pssst”

Obrolan itu membuatnya tertarik sekaligus jengah. Setelah membaca pengumumannya Affa baru menyadari bahwa sekolah membutuhkan satu pelari lagi, karena mendadak Pasha jatuh sakit dan terpaksa mengundurkan dari sebagai wakil sekolah untuk lomba lari.

Tak diduga Affa tiba-tiba bersemangat untuk mengajukan diri. Dan yang semakin mengagetkan sekolah mengijinkan dengan pertimbangan, Affa sudah cukup lama beristirahat, dan Affa tidak boleh memaksakan diri untuk menang. Yang penting sekolah mengirimkan tim sesuai permintaan panitia.

Berkat bantuan kepala sekolah meyakinkan Mama, akhirnya Affa mengantongi restu bulat-bulat bahkan dari tim medis.

Tiba juga hari ini, hari yang membuat Affa memiliki semangat meletup-letup seperti 3 tahun lalu, Tak ada yang tahu niat dan taktik Affa untuk berjuang memenangkan pertandingan ini, tentu saja tidak, akan mengkhawatirkan Mama nantinya.
Tapi inilah hasilnya, hasil yang mengagetkan seluruh sekolah, hasil yang membuat Mama menangis histeris seraya memeluk Affa yang tak berdaya dalam bulir tangisan yang berbaur dengan keringat.

“Apa?! Affa MENANG!”

Tentu saja, diluar dugaan semuanya. Padahal yang lain tak satupun berhasil mengantongi piala juara. Tapi Affa, yang justru memiliki kelainan fisik diantara semuanya..

“hehe, saya memang budek sejak tabrakan 3 tahun lalu. Tadinya saya malu, dan ini akan menjadi rahasia kecil saya dan Mama. Sampai hari ini ketika saya nggak mempan dengan teriakan-teriakan suporter lawan yang melemahkan, atau suporter sekolah yang mendukung, bahkan teriakan Mama. Maafkan Affa Ma, tadi Affa tidak mengikuti pesan mama untuk menggunakan alat bantu pendengaran itu, Affa lebih nyaman ketika Affa hanya lari, lari dan lari, jadi inilah saya, bangga menjadi diri saya sendiri, Affandy si pelari budek

Pidato kemenangan Affa mengundang teriakan di berbagai penjuru stadion..
“HIDUP AFFAAAA, KAMU HEBAT!!”

3 komentar:

  1. Ck..Ck..Ck..

    Jadi inget film "Rhiste" di tipi bberapa taon silam.
    Or cerita anak muslim tentang orang buta yang tidak jadi dimakan Raja iblis.

    Nice story...

    BalasHapus
  2. bukan "hriste" yak? yang pilm indihe bkn???

    BalasHapus
  3. He,,he..he..
    Icha iki lho, ngerti ae.
    Yups, pilem india iku lah.
    Cuman bedane dia gag budek. Cuman cacat kaki aja. Tapi..perjuangane bpake tu yang bikin salut. Lhe..lhe.. kok dadi mbahas Hriste.??
    kalo aku nangkep "madu" dari perasan cerita ini, mungkin pesan moral bahwa, kekurangan mungkin membuat orang lain memberi standar rendah untuk diri kita. Tinggal bagaimana kita menguasai diri dan memutuskan apakah akan terlena, ataukah mematahkannya.
    Yang pasti, kita telah menghancurkan hari ini bila digunakan untuk menyesali masa lalu dan mencemaskan masa depan.

    BalasHapus