CHAPTER 6
2 Pekan sebelum ujian kelulusan, keluarga Collin mengalami kerugian, semuanya terancam. Bahkan sekolah Collin. Semuanya berimbas pada kejatuhan nilai Collin, kegagalan tes masuk sekolah Collin. Karena semuanya di bebankan padanya..
Ya di atas sebuah perjanjian tak tertulis, keluarga Collin berhutang budi kepada keluarga Om Risyad yang kaya raya, Collin dijadikan jaminannya. Collin harus diikat oleh komitmen dengan putri semata wayang Om Risyad, bahkan di usia yang masih amat sangat belia.
Tentu saja Salwa tidak mengetahui ini semua, tidak. Collin tak mungkin memberitahunya. Collin tidak akan pernah tega menghancurkan hatinya.
Informasi yang sampai ke telinga Salwa hanya mengatakan, Collin gagal ujian dan tes masuk sekolah. Hal ini yang memisahkan mereka. Dan Collin terpaksa melanjutkan sekolahnya di tempat yang jauh dari Salwa, di salah satu sekolah swasta yang sama sekali tidak popular, di tengah kota.
***
Hujan dari pagi pun tak menyurutkan langkah Salwa untuk berkunjung ke perpustakaan favoritnya.
“Bukankah ini malam minggu Salwa?”
“Iya, Bibi…kenapa?”
“Nak, kamu sudah cukup dewasa. Kau tahulah apa yang Bibi maksud”
“Ah..Bibi, Salwa sibuk Bi. Nggak ada waktu untuk memikirkan hal itu”
“Ayolah, sana cepat pergi. Bibi hadiahkah buku tebal itu untukmu selama 7 hari. Kau boleh mengembalikannya Sabtu depan”
“Bibi apa-apaan si..Salwa masih betah disini, banyak banget buku yang belum Salwa baca”
“Sudah sana, Bibi mau tutup perpustakaannya. Rak sebelah kanan itu sudah tidak pernah kamu sentuh, artinya yang belum dibaca tinggal pojok ini aja kan?”
“Ah..Bibi”
***
Sudah 2 tahun semenjak hari pertamanya masuk SLTP dan sekarang Salwa sudah banyak berubah. Masih cantik dan berprestasi, masih hobi membaca, dan bercita-cita untuk pergi ke Eropa suatu hari nanti, dengan Collin mungkin hihihi. Tapi Salwa jadi semakin tomboy, semakin kurang peduli dengan penampilannya. Mulai meninggalkan hobi seninya. Mulai berteman dengan tim Basket yang rame itu. Dan mulai mengalami fase metamorfosisnya sebagai perempuan dewasa yang labil dan sedang mencari jati diri.
Pulang dari perpustakaan, Salwa melangkahkan kakinya ke lapangan basket. Tempat nongrong teman-teman setimnya. Tapi hari ini mereka tidak bisa berlatih, karena ternyata pelatihnya berhalangan datang.
“Yahh, bete banget siyy. Trus kita ngapain dong” Lina mulai bete
“Ya udah, kita jalan-jalan aja yukkk, kan kita semua jomblooo”
Seruan Dian langsung ditanggapi dengan sorak ramai ke 15 remaja putri itu
“SETUJUUU”
Ah remaja putri, bukankah mereka selalu punya rencana-rencana menarik…
TO BE CONTINUE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar