Kamis, 05 Maret 2009

FIRST VS LAST LOVE in EUROPE

CHAPTER 8




Musim terus berlalu, waktu berganti cepat dan usia bertambah tak bisa ditolak. 5 tahun sejak pertemuan terakhirnya dengan cinta pertama, dan Salwa tak pernah bisa melupakannya.

Hidup Salwa telah berubah, 5 tahun kemarin Salwa seperti tak mengenali dirinya
Segalanya hampa. Salwa tak mampu menghapus kesedihannya dengan mudah. Salwa hancur berkeping-keping. Beberapa cinta telah dia coba hinggapi, tapi aaahh Salwa tak pernah benar-benar mengharapkan mereka. Salwa salah apa jika dia memang bukan seorang wanita yang gampang jatuh cinta?

Semuanya labil, kadang Salwa bisa menjadi amat sangat introvert dan pemalas, kadang pula Salwa bisa menjadi amat sangat ekstrovert dan optimis. Salwa semakin susah untuk dimengerti, tapi Salwa sekaligus bisa menjadi orang yang sangat dewasa dalam mengerti orang lain, kecuali COLLIN!

***

2009 Musim dingin di Eropa, membuatnya tersenyum-senyum simpul dalam buaian ranjang ayun yang begitu hangat dan nyaman. Di dalam ruangannya Salwa kembali memutar memorinya seperti pita kaset yang panjang dan lancar berputar pelan dan pasti.

Sekitar 8 tahun yang lalu, Salwa mengetahuinya. Gadis manis pucat yang pernah berdiri dalam senyum kemenangannya di samping Collin adalah Martha kekasih yang sekaligus calon istri Collin.

Hari itu dengan berurai air mata pedihnya, Salwa kembali ke taman yang sama. Di hari itu, ingin rasa hati Salwa membunuhnya, membunuh gadis imut yang ringkih itu demi cintanya. Setelah mengatur pertemuan tanpa didampingi bodyguard-bodyguardnya. Salwa, Martha dan Collin berhadap-hadapan dalam suasana senja yang beku dan mencekat.

Tapi alih-alih mencaci maki dan bersaing dengannya, Salwa hanya terbahak-bahak demi mendengar

“Salwa mengertilah, aku Martha, aku mencintainya dan aku yakin aku lebih membutuhkannya daripada kamu”
“Kamu tahu apa soal perasaanku”
“Aku mohon Salwa, bolehkah ku pinjam Collin selama….selama..se..seumur hidupku”
“HEH cewek sialan, kau pikir dia barang bisa di sewa-sewakan!”

Dalam emosinya yang tak terbendung, Salwa mencengkram tangan Martha. Larut dalam kesedihannya Salwa menarik rambut tipis Martha, mencakar wajah manis Martha, beringas, emosi dan air mata bercampur melarutkan rintihan lirih dari bibir Martha yang tak berdaya….

Dan Collin hanya terpaku, bergeming…

***

Waktu berlalu tak bisa di putar ulang, esok harinya Salwa baru tahu. Martha gadis manis pewaris tunggal kekayaan Pak Risyad Arthadiningrat, menderita leoukimia. Terhitung dari tanggal perjanjian pra nikah Collin dan Martha, umur Martha hanya diperkirakan bertahan maksimal sampai 2 tahun saja. Ajaibnya, semenjak Collin berada disisinya Martha mampu menjalani 2 bulan bonusnya dari Tuhan. Tapi tidak setelah aksi brutal Salwa terhadapnya.

Martha pergi dengan membawa cinta dan misteri dalam kedamaian, berhenti berjuang meraih bahagia, berhenti menghembuskan nafas cintanya. Tidak lagi meminta Colin menemaninya, tidak lagi memohon Salwa merelakan Collin untuknya, Tidak untuk hari ini, esok dan seterusnya. Martha menerimanya dengan ikhlas, dan mencabut infus, alat bantu pernafasan dan segala tetek bengek yang membantunya hanya untuk sebuah kata ‘HIDUP’. Martha hanya ingin istirahat dari kelelahan panjang yang menyedihkan.

Collin mempertanggung jawabkan pilihannya. Bahkan tak berniat untuk kembali pada pujaan hatinya, Salwa.

Salwa, mmm tidak serta merta menjadi gila, hanya saja tak ada yang lebih menarik lagi baginya kecuali ranjang gantungn dan ocehan dokter terapis lengkap dengan cemilan pil-pil anti depressant yang membantunya tidur nyenyak dan bebas dari bayang-bayang Martha.



Based on true story…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar