Penting Gak Seehh…
Zaman memang sudah berubah. Drastis malah, mm..sekarang udah banyak banget yak anak-anak SD pegang HP, anak SMP manggut-manggut asyik dengerin MP4, anak-anak SMU pada manggul laptop berburu Hot Spot di mall, dan tempat-tempat umum lainnya. Anak kuliah? Mm..jangan tanya, tangan masih asyik utak-atik HP Blackberry keluaran teranyar, sambil manggut-manggut dengerin musik dari Ipod nya, dan memanggul apa yang disebut tukul “Laptop” seraya memutar-mutar kunci mobil sport di telunjuk tangan kirinya.
Jangankan mereka, pernah suatu kali pas pulang kampung dan jalan-jalan dipematang sawah, itu yang namanya mas mas pencari rumput keliatan sedang beristirahat di bawah pohon pisang sambil cengar-cengir sendiri, lagi asyik ngobrol dengan HPnya yang buat aku aja belinya nyicil 5x….ckckck
Hmm..gambaran ideal akan modernisasi, bener-bener kayaknya Indonesia mulai kehilangan sisi tradisionalnya. Dimana ya gobak sodor yang kini dah diganti dengan PS, mana ya sepeda ’ontel’ yang dulu pernah ngetrend, kok yang sering keliatan sliwar sliwer cuma motor nungging dan mobil sport.
Well jangan salah ini bukan obrolan kaum politisi, bukan juga topik berat yang sengaja digelar supaya orang mumet, dan bukan juga sindiran untuk strata tertentu di negara yang katanya sedang berkembang (hehe santai aja aku masih sayang Indonesia kok, secara nggak ada tempe di luar negeri)
Tapi kalo inget jaman penjajahan Belanda (Bo’ rasanya ’tuwir’ bener yak, et dah). Nggak ding kejauhan, pokoknya jaman masih ada ’sabun kodok’ wkwkwkwk...
Asal tau aja kita kan ’mak mbedunduk’ di Malang dan gede di daerah yang nggak bisa di sebut desa apalagi kota (laah terus?). Aremanita gitu loh.
Inget banget tuh waktu SD, pulang dan pergi sekolah pake merci...kel. Kalo ujan Mamaku (alah ibu yang populer dengan sebutan mak nik) siap menenteng payung imut dengan motif pelangi dan rela menenteng tas dan sepatuku. (hikhik kangen banget ibuku).
Padahal yang dijemput pengen mandi ujan. (duh nggak ngehargain banget siy). Coba pada jaman itu ibuku pegang HP (makenya aja susah), kan aku tinggal sms
”nggak usah dijemput bu, aku pengen ujan-ujanan”
Intinya sih bukan aku lagi menelangsain masa mudaku yang gatek, tapi intinya adalah manfaat. Kira-kira apa sih manfaatnya? Yah kalo memang sesuai sih ya oke-oke ajalah, kalopun nggak ya harus oke (wong yang beli aja nggak protes hehe)
Jadi kalo alat-alat elektronik makin lama makin murah dan kejangkau (bahkan oleh anak buruh tani) trus kenapa beras makin lama makin mahal (petaninya sendiri aja makan nasi aking). Masa iya Indonesia yang katanya kaya hasil alam mesti impor beras molo yak.
Ni da sedikit diskusi antara seorang anak manusia dan Tuhannya.
BalasHapusMns: Tuhan, benarkah Kau maha Adil dan Bijaksana.
Tuhan: Yap, bener sekali.
mns: Tapi aku rasa tidak demikian.
Tuhan: Dimana kau merasa aku tidak berbuat adil pada hamba2ku?
mns: Mengapa engkau ciptakan bumi ini tidak merata. Di satu sisi kau hamparkan padang pasir yang sangat luas. Di sisi lain kau ciptakan daratan subur dengan berbagai hasil alamnya. Di sisi lainnya lagi kau bangun gunung2 merapi yang kapan saja siap meletus.
Tuhan: coba kau perhatikan, di padang pasir yang luas tadi, sengaja aku alirkan minyak bumi yang melimpah di dalamnya. Jadi mereka bisa memanfaatkan untuk kehidupannya. Di tanah yang aku pasang gunung2 yang siap meletus, aku ciptakan manusia-manusia cerdas. mereka bisa memanfaatkan kecerdasan mereka sehingga mereka bisa menciptakan rumah2 tahan gempa dan jalur erupsi lahar.
Mns: lantas, untuk tanah2 yang subur dan indah dengan air yang melimpah, sumber alam yang banyak? keadilan yang bagaimanakah yang Kau tempatkan disana?
Tuhan: coba kau perhatikan, meskipun mereka aku ciptakan dengan berbagai kelebihan sumber daya alam, hidup mereka tetap saja sengsara.
itu karena aku tempatkan diantara mereka, pemimpin2 yang korup, suka membodohi rakyat, dan mementingkan kepentingan mereka sendiri.
Mns: Oh ya benar, Kau memang Tuhan yang Maha Adil dan Bijaksana.......
See..? Thats the answer.
HIDUP INDONESIA!!! (kalo kita bukan termasuk pemimpin2 yang korup dan suka membodohi rakyat serta mementingkan kepentingan kita sendiri. Trus kita apa dong....hikhik (Plisss God..i dont wanna be stupid)
BalasHapusKita seh masih tetep citizen aja. Gag prlu psing mikir negara. Padahal berat lo jadi pemimpin tu. Sahabat nabi ja pnah sampe menangis krna takut gak bisa megang amanah. Yah.. moga2 ae nanti ada yang kyk gt. Walau gag pake nagis, minimal tau lah amanah yang dipikulin di pundaknya (weits,.. sok politis yaw?? mentang2 bentar lagi ada pemilu. Hayo.. yang ati2 milih)
BalasHapusHIDUP INDONESIA ae wes pisan.