Chapter 1
Ini bukan hari Senin, bukan pula weekend. Sugesti mungkin namun Ariva selalu percaya hari yang diawali dengan senyuman akan membawanya kepada semangat positif, keberhasilan- keberhasilan kecil akan diraihnya. Dan akan memberinya keberhasilan besar..kalopun tidak hari ini ya mungkin esok.
Mmm..toh sugesti ini juga tak ada buruknya, setidaknya bagi Ariva. Itulah kenapa setiap pagi meski kebanyakan orang akan bergegas ke kamar mandi untuk siwak, tapi cewek satu ini sudah dengan pedenya nyengir-nyengir kuda.
Entah kenapa hari ini rasanya Riva enggan nyengir, meski dia tahu mungkin itu pertanda yang kurang baik baginya. Hujan turun sepanjang hari, hujan lebat yang mengantarkannya pada tidur lelap nan panjang.
Ariva sering berpikir, andai saja aku bos aku tidak perlu khawatir ini hari senin kek, minggu kek, tanggal merah kek, tiap kali pengen libur ya libur ajah.
Hmmmph...Riva menarik nafas panjang. Rasanya kamar tidurnya hari ini terasa begitu nyaman, kasur hijau empuk, plus bedcover dan pasangan bantal guling senada.
Riva tidak ingin beranjak dari kasurnya, tapi tiba-tiba saja Riva berhasrat untuk menulis, Ini memang lahan kehidupan Riva. Riva juga tak tahu mengapa orang yang kurang berbakat sepertinya, malah punya kesempatan dan peluang besar di dunia pertintaan. Padahal di luar sana banyak sekali, orang-orang yang lebih semangat untuk menulis, lebih berbakat dan lebih punya taste (mm iklan banget siy).
Riva selalu merasa nggak jago deh, tapi toh sampai hari ini sebetulnya sudah banyak karya-karya Riva baik yang kurang ampe biasa, haha..Meski selalu berusaha positive thingking namun Riva sering merasa hasil kerjaannya masih jauh di bawah standar.
Sambil menguap dan memicingkan mata, diambilnya sebuah pena, hadiah dari TTN (teman tempat nongkrong..dih maksa banget sih) plus buku ijo tua bekas seminar juga hasil jarahan dari teman kampusnya.
”Ini hari apa sih, kenapa ya gw males banget, hari-hari gw rasanya monoton. Gw pengen berpetualang, mencari hal yang baru, menggapai cita baru, bahkan mungkin menciptakan dunia baru..
Fiuh..manusia memang repot ya, tak pernah merasa cukup. Kenapa sih kita nggak belajar dari pohon, batu, ato bahkan monyet..upss maaf ini bukan makian kok. Hehe
Lihatlah pohon mereka hanya diam, tak banyak menuntut, bahkan dia memberi naungan bagi siapa saja yang hendak berteduh dari sengatan sinar matahari dari derasnya hujan, tak pernah menuntut meski tiap kali berbuah dia tak bisa menikmatinya sendiri, tak pernah menuntut meski diperlakukan dengan kasar, bahkan di sayat-sayat hanya untuk sekedar mengukir nama orang terkasih...manusia...manusia ckckck
Bersambung...
Excelence story finished by great conclution.
BalasHapus