Selasa, 20 Januari 2009

tITik (.)

CHAPTER 1




Pic gw yang asal ini mungkin bisa ngegambarin betapa tegangnya urat saraf ketika dadeline melanda.

Rasanya gw mau ngorbanin apaaaa aja, untuk mengembalikan waktu-waktu gw yang terbuang sia-sia. Semua daya usaha kita kerahkan demi mengejar jam tayang (hayah lebay banget nggak sih bo’)

Intinya kalo lagi dadeline, rasanya seperti mo lairan udah bukaan 5! Senut-senut, meni lieur (puyeng), huduh pokoknya kayak orang dapet panggilan alam deh (mpu*). Pokoknya nggak enak stadium 4.

Tapi begitu udah selesai, klien puas sambil di belakang bos nyenggol-nyenggol dan ”two tumbs up”..fiuh rasanya, sumpah LUEGAAAA nggak ketulungan.

Tapi ini lo yang dicari, sensasinya, akhirnya, TITIKnya!

Ngomong-ngomong apa sih yang dicari orang dari dadeline, dari klimaks atau bahkan pencarian arti kehidupan?

Semua orang penasaran pada apa yang sering kita sebut ”TITIK”, ”SELESAI”, ”TAMAT”, ”The End”, ”Entek” (kata org Jawa bilang)

Sederhana, so simply, bahwa susah payah kita mencari, menapaki, menelusuri. Segalanya berakhir pada TITIK dan untuk mempertanggung jawabkan TITIK.

Kalo gw ingat TITIK gw jadi takut untuk menyia-nyiakan waktu gw. Soalna Titik salah satu kakak kelas gw di tim Basket semasa SMA yang lucu banget. Ngliat dia suasana jadi ceria, latihan jadi seneng...loh loh STOP STOP TITIK PRIT PRIT! (malah nglantur nggak karu-karuan).

Sudah kalo begitu kita akhiri ini saja dengan TITIK (.) ;-)

2 komentar:

  1. Boleh juga cerita tentang titik ini. Tapi kayaknya perlu dibuat lagi versi koma.

    Kenapa koma?

    aku bisa ambil kesimpulan bahwa titik yang Cha maksud tu titik yang sebenere kita sendiri yang pasang. Cha belum menyinggung tentang titik yang sebenere kita kejar.
    lumrahnya, kita berusaha mengeset titik yang kita pasang, tepat pada titik yang kita kejar.
    Memang idealnya seperti itu. Dan seperti inilah biasanya kita mendapatinya. Tapi terkadang, titik yang kita kejar tu terlampau jauh sehingga kita tidak bisa menempatkan titik kita padanya.
    Contoh, Manusia ditakdirkan meninggal pada usia tertentu. Inilah sebenernya titik yang ia kejar. Ketika suatu saat ia menemukan kesulitan hidup yang dirasa tidak sanggup dilaluinya (padahal sebenarnya ia sendiri yang membatasi kemampuannya), ia memutuskan untuk menempatkan titik yang dimilikinya (menyerah/bunuh diri)di belakang titik yang ia kejar.

    Inilah gunanya koma.
    Tempat kita menghentikan sementara aksi mengejar titik. tempat kita mengambil nafas barang sementara. tempat kita mengisi "bahan bakar". tempat kita mencari alternatif lain disaat cara pertama dirasa sulit untuk bisa mengejarnya. Tempat memulihkan kondisi agar mampu mencapai kondisi ideal tadi (menemukan titik yang dikejar).

    But anyway, it just my opinion. It can be wrong.
    Walah, ngomong opo aku mau,, aku dewe yo bingung.
    Ehm.. pokoke ngonolah.

    Sori sak durunge.

    BalasHapus
  2. Leave comment bebas pokoke nek ngawur tinggal apus, susah amat hehe. Jadi sante ajah Bro Sis, anggep rumah sendiri ya, jangan sungkan2 kasih koment, saran dan kritik....semua ditampung. Apalagi orderan (duh ketauan nggak sih ngarepnya hihihi)

    BalasHapus