Saking kepengennya ke Bali dan belum keturutan juga, jadi sementara kita wujudkan obsesi ini dengan mengulak alik cerita rakyat nya...hehe
Bulan Pejeng (BALI)
Diceritakan kembali oleh Icha Affandy
Menurutmu kenapa Bali begitu cerah?
Hawanya gerah,
Pemandangannya begitu indah.
Jika menurutmu itu tercipta begitu saja, mungkin kamu salah..
Dengarkanlah
Karena angin malam sering menghembuskan kisah…….
Pulau Bali bukanlah tempat tinggal yang aman kala itu. Banyak pencuri yang bersembunyi di antara semak-semak di lereng gunung.
Setiap malam penduduk desa merasa was-was, berharap ketika esok menjelang harta benda mereka masih berada ditempat yang semestinya.
Namun apa boleh buat, setiap malam gerombolan pencuri sakti selalu berhasil mencuri sesuatu dari desa.
Penduduk yang khawatir memohon kepada Dewata agar selalu menerangi malam, yang mampu menjaga dan menghalau para pencuri.
Ketika Dewata mengabulkan permintaan mereka. Di langit bergantungan tujuh buah bulan! Waow bayangkan betapa terang dan panasnya pulau Bali.
Siang dan malam tak ada bedanya. Kini penduduk desa bisa bekerja dan beristirahat dengan nyaman dan aman. Sementara di lereng gunung kehidupan para pencuri berubah total.
Para pencuri berupaya keras agar ketujuh bulan berhenti bersinar. Dengan kesaktian masing-masing mereka berusaha menjatuhkan bulan-bulan itu. Mungkin karena usaha mereka, tiba-tiba langit bergoyang, bulan-bulan bergerak tak kearuan. Seolah langit marah! Akhirnya salah satu bulan terjatuh BRUAAAKK!! Menggelinding dan tersangkut di dahan pohon Teep (sejenis jati) yang tumbuh di lereng gunung.
Wah, wah wah para pencuri makin kalang kabut, kini bahkan markas mereka tak terhindar dari cahaya bulan yang terang benderang.
“Bulan sialan, karenamu kita semua kelaparan” teriak para pencuri itu berang.
“Singkirkan saja bulan itu” teriak pencuri yang lain
“Ya betul. Goyangkan saja pohon besar itu” teriak yang lain menimpali
Satu persatu mereka mencoba namun belum ada yang berhasil. Pimpinan pencuri sakti yang merasa tertantang akhirnya turun tangan. Pertama disiramnya bulan itu dengan air seni, ajaib perlahan-lahan cahaya bulan meredup. Setelah itu dengan tenaga yang luar biasa dan dibantu dengan kesaktiannya, didorongnya bulan itu..
Krek..krek…BRUAK…GEDEBUMMM!!!
Dahan pohon patah, bulan besar itu akhirnya terjatuh dan menggelinding dengan hebatnya menuruni lereng gunung ke arah desa. Menerjang apa saja dihadapannya. Semak,, tumbuhan dan hewan yang terlindas menyatu dengan tanah menjadi humus. Bebatuan terpecah menjadi serpihan. Tanah keras dan terjal menjadi gembur seolah habis dibajak beribu-ribu kerbau.
“HORE!!!!… “ teriak para pencuri gembira.
Akhirnya di sebuah tanah lapang bulan yang tidak bercahaya itu terhenti. Para penduduk yang merasa berhutang budi mengabadikan nama desanya dengan nama pajang yang artinya sinar terang. Dan bulan itu diberi nama bulan pejeng.
Para pencuri yang kehilangan semak-semak tempat bersembunyi mulai berpikir..
“Hah apa gunanya kita melenyapkan bulan itu kalo akhirnya tetap saja kita kehilangan markas”
“Aku capek mencuri. Mencuri itu melelahkan”
“fiuh aku juga, belum kita mesti terjaga dimalam hari, berlari menghindari kejaran massa, bersembuyi di siang hari..”
“hmph..sepertinya aku ingin cari pekerjaan lain saja”
demikian obrolan mereka. Tiba-tiba salah satu dari mereka mendapat ide brilian.
“Aha..kenapa tidak kita garap saja tanah gembur ini. Kita bisa menjadikannya lahan menanam tanaman yang bisa dipanen. Dan kita bisa berhenti mencuri”
Akhirnya mereka semua setuju untuk berhenti mencuri dan memulai kehidupan baru yang lebih baik.
Eit eit eit.. Cerita ini belum selesai …
Enam buah bulan dilangit kini menjadi masalah. Penduduk tetap tidak bisa membedakan siang dan malam, tidak bisa menghitung jam, hari, bulan apalagi tahun. Panen gatot alias gagal total karena petani tidak tahu kapan harus menanam padi, kapan harus memanen dan sebagainya.
Penduduk desa kembali memohon kepada Batara Surya agar dilangit hanya ada satu matahari dan bulan saja. Batara Surya yang adil dan bijaksana akhirnya kembali mengabulkan permintaan mereka.
Diambilnya kelima bulan, dipecahkannya menjadi potongan-potongan kecil, dikembalikannya ke langit malam. Coba tebak apa yang terjadi..
Yup..langit indah yang bertaburan bintang kini senantiasa menghiasi langit malam di kota Bali. Yang orang bilang sepotong surga Indonesia.
BALI… u’ve to wait for me, I’ll coming soon!! (Obsesi terpendam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar