WARNING
Fiksi Icha Affandy segera dimulai, mohon utuk menajamkan imajinasi Anda.
Nama tokoh, tempat dan kejadian adalah fiksi belaka, Jika ada kesamaan maka dapat dipastikan tidak ada unsur kesengajaan

Sabtu pagi, Chidi S. Josiah membawa mobil Mazda 324 nya ke pelataran minimarket di Negara Bagian Swara, Sigeria.
Hari ini begitu dingin, angin musim semi masih menyisakan sisa-sisa embun semalam. Sambil berkaca pada spion, Chidi menguap dan menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Dari mulutnya keluar karbondioksida hangat yang memburamkan kaca spion mobil.
Enggan beranjak Chidi hanya merapatkan mantel hangat kesayangannya. Ya mobil ini serasa rumah kedua bagi Chidi. Sisa-sisa hidupnya lebih banyak ia habiskan di dalam mobil favoritnya itu bersama sejumlah perkakas butut yang kata orang awam bilang ’sampah’ hahaha.
Chidi hendak membeli sarapan sederhana (roti dan kopi), hanya saja terpampang tulisan ”CLOSE” di pintu minimarket yang membuat Chidi mengurungkan niatnya. Chidi memilih menunggu di parkiran sambil termangu merenungi jalan hidupnya belakangan ini.
Chidi sudah tidak muda lagi, tapi belum juga termasuk tua. Dalam usianya ini, teori menjelaskan usia produktif adalah masa dimana Chidi harusnya bekerja keras mengumpulkan pundi-pundi kekayaan yang bisa menjamin masa depannya.
Idealisme semacam itu, duluuu sekali pernah bercokol dalam otaknya yang ’jenius’. Ya Chidi memang jenius, tapi banyak orang bilang jenius dan gila hanya dpisahkan ari setebal kulit bawang. Chidi tidak meminta pada dunia untuk memakluminya, Chidi hanya meminta dunia untuk men’cuek’kannya. Toh dia juga tidak punya orang yang peduli lagi padanya. Selain orang-orang tidak punya kerjaan yang selalu bergosip sambil berbelanja dan mengatainya pemalas, sampah masyarakat, penyendiri, pengangguran malang dan makian tak pantas lainnya.
Chidi terlalu sibuk dengan dunianya. Sosialisasi, relasi tidak penting baginya. Hidup adalah perjalanan dan jika kita bisa membuatnya simple dan enjoyable kenapa kita mesti menjejalinya dengan teori-teori muluk. Bagi Chidi teori bukan untuk dipelajari dan dipraktekkan tapi untuk dibuat dan dipraktekkan oleh orang lain..hmm
Coba kita ikuti jalan pikiran Chidi, kali ini Chidi punya ide, ide yang sangat brilian. Segera saja Chidi menyalakan mobilnya, diliriknya spion kanan dan kiri. Masih sama seperti 10 menitan yang lalu. Jalanan masih tampak lengang, minimarket belum lagi buka. Chidi mengemudikan mobilnya dengan cepat, disebuah pertigaan Chidi mantap membelokkan mobilnya. Sekonyong-konyong mobil Chidi berhenti mendadak
..CIIIIIIIiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttt..
”itu dia”
Chidi bergumam senang melihat kawanan kambing sedang asyik merumput, mengendap-endap Chidi bermaksud menangkap salah satunya..
Mm yang mana ya..ah sudahlah Chidi juga sudah memikirkannya. Kambing berwarna belang, hitam dan putih. Menarik perhatian Chidi. Serta merta kurang dari 15 menit Chidi berhasil memasukkan kambing malang tersebut ke dalam jok belakang.
”Hei kambing, maafkan aku. Tapi kau harus bergabung dengan rencanaku, sini aku bilangin”
”psstt...psssttt....pssssssssssssssssttttttttt” Chidi membisiki telinga si kambing. Hehe Chidi....Chidi..ck..ck.ck
Kemana kira-kira Chidi membawanya?
Yup..kembali ke pelataran mini market. Chidi menurunkan kambing itu disana. Di dalam salah satu gudang tak terpakai di sisi kiri mini market. Tidak lupa disediakan rerumputan hijau sebagai makanannya.
Dengan langkah santai Chidi melangkah pelan ke dalam mini market yang kini telah ada tulisan ’OPEN’ di pintu masuknya, memilih-milih barang belanjaan di dalam mini market yang sudah mulai ramai itu.Sambil berusaha mengacuhkan pandangan dan tudingan orang-orang tak punya kerjaan. Tiba-tiba Chidi merasa ingin buang air tak tertahan. Seraya minta ijin kepada salah satu pramuniaga Chidi beranjak ke toilet.
Sementara itu..masuk dari arah depan dua orang kriminal berpakaian ala teroris membawa senjata api sedang berusaha merampok mini market itu, seketika pramuniaga dan pengunjung lari tunggang langgang, sebagian bersembunyi dan akhirnya semuanya menelungkup di lantai demi mendengar sebuah letusan
”DUAAARRRRR”
Oh tidak dengan mudahnya perampok itu merampas barang-barang berharga pemilik mini market dan pengunjungnya, kemudian berbarengan dengan keluarnya seorang perampok, Chidi kembali ke dalam mini market.
Secepat kilat Chidi memencet tombol alarm yang langsung berbunyi nyaring dan memberi sinyal bagi petugas keamanan setempat.
”NGUING...NGUING...NGUING...NGUING”
Dalam kepanikannya, perampok berusaha kabur dengan membawa mobil mazda kesayangan Chidi. Nahlo
Chidi menangis meraung-raung, pergi berlari lewat arah belakang. Luput dari pandangan semua orang. Alih-alih mengejar dan prihatin dengan Chidi. Orang-orang kembali histeris melihat salah satu perampok tertinggal, seketika massa pengunjung dan pramuniaga yang mulai mendapati keberaniannya mulai mengejar perampok.
Perampok itu lari secepat kilat ke gudang di sebelah kiri mini market. Karena tidak ada lagi jalan keluar yang memungkinkan. Hilang dari pandangan. Massa mengikutinya, sesampainya di gudang, massa terengah-engah dan terheran-heran mendapati seekor kambing yang panik melihat keramaian.
Setelah berdiskusi, massa sepakat dan yakin bahwa kambing warna belang, hitam putih, adalah penjelmaan seorang perampok bersenjata yang merampok mini market dan mencuri mobil Chidi. Pencuri bersenjata yang menggunakan ilmu hitam dan menjelma sebagai kambing. Penduduk desa yang curiga menyerahkan kambing tersebut kepada petugas keamanan yang baru datang.
Dua hari kemudian, petugas asuransi menelepon kantor polisi Swara..
”Warga melaporkan, dua perampok bersenjata telah merampok mini market dan mencuri mobil. Massa memburu penjahat tadi dan seorang berhasil lolos, sedangkan yang lainnya menjelma menjadi kambing. Saya tidak bisa memastikan kisah ini, tetapi yang jelas kambing tersebut ada dalam sel tahanan kami. Kami tidak bisa memberi informasi berdasarkan hal-hal mistis,” jawab Nunde Ahmed, dari Kepolisian Negara Bagian Swara.
”Oh, baiklah Pak. Terima kasih atas informasinya” jawab bagian asuransi.
Sepekan kemudian, Chidi terlihat asyik menikmati liburannya di tengah samudra, diatas kapal pesiar mewah. Lihat itu disebelahnya, bukankah itu si penggembala kambing?. Oh God rupanya mereka bekerja sama merampok mini market dan menipu agen asurasi mobil Chidi. Lihatlah sekarang apa yang mereka nikmati.
”Kira-kira apa yang terjadi dengan kambingmu ya?”
”Mmm...entahlah. Aku tau dia kambing yang baik, tapi aku juga sudah lelah merawatnya. Daripada tidak ada yang merawat lebih baik dia berada dalam sel tahanan polisi kan?”
Keduanya berpandangan...dan
”HUAHAHAHAHHAAAAA, Kita Kayaaaaaaa”
”Tentunya berkat bantuanku”
”Aku”
”Aku lah, enak aja”
”Yeee jelas jelas aku yang punya ide”
”Aku kan yang punya senapan dan kambing”
”Tapi aku kan yang punya ide dan mobil”
Jadi mana tokoh protagonis dan mana antagonisnya nih, aahhh kadang hidup memang aneh ya.
Nah... ini baru crita mantap.
BalasHapussepertinya Icha sengaja menggiring asumsi pembaca ke arah yang icha inginkan dan serta merta di akhir cerita, Icha mementahkan asumsi itu.
Weits..keren pokoknya.
itulah terkadang, orang lebih memperhatikan variabel2 yang terlihat dominan walaupun bertentangan dengan akal sehat dan menerimanya sebagai suatu keputusan bersama tanpa melihat variabel lain yang mungkin terlihat resesif, namun pada kenyataannya, itulah yang sebenarnya terjadi.
Seru..seru...
8 jempol buat Icha.(yang empat pinjam punya Icha yo...)
jiaahahhhh lebay dah ah. But thx alot yua
BalasHapus